Kamis, 22 Juli 2010

NIFAS

NIFAS

A. Pengertian

Periode enam minggu pasca persalinan disebut juga masa involusi (periode dimana sistem reproduksi wanita post partum kembali kepada keadaannya seperti sebelum hamil). Menurut Manuaba (1998), puerperium (nifas) adalah kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal.

Sedangkan menurut Ibrahim (1998) masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. Masa nifas atau masa puerperium menurut Mansjoer (1999) yaitu masa setelah partus selesai dan berakhir setelah enam minggu. Mochtar (1998) mengemukakan bahwa nifas adalah masa pulihnya kembali mulai dari partus selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil yang lamanya 6-8 minggu.

B. Klasifikasi

Menurut Mochtar (1995) nifas dibagi dalam tiga periode yaitu :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berjalan-jalan. Dalam agama Islam ibu dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan dan tahunan.

C. Perubahan-perubahan yang terjadi selama nifas

Perubahan fisiologis

1. Involusi

Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena adanya :

a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.

b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.

c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi:

a. Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.

Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Involusi

TFU

Berat

Uterus

Diameter Bekas Melekat Plasenta

Keadaan Cervix

Setelah plasenta lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Sepusat

Pertengahan pusat symphisis

Tak teraba

Sebesar hamil 2 minggu

Normal

1000 gr

500 gr

350 gr

50 gr

30 gr

12,5

7,5 cm

5 cm

2,5 cm

Lembik

Dapat dilalui 2 jari

Dapat dimasuki 1 jari

Sumber: Rustam muchtar, 1998

b. Involusi tempat plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman 1983).

c. Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.

d. Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.

e. Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.

2. Lochea

Lochea merupakan suatu sekret atau cairan yang keluar dari kavum vagina dalam masa nifas (Mansjoer 1999).

Macam-macam lochea antara lain :

a. Lochea rubra atau lochea kruenta

Berwarna merah; terdiri atas darah segar, sisa selaput ketuban, sel desidua; vernik kaseosa, lanugo dan mekonium; terjadi selama dua hari post partum.

b. Lochea sanguilenta

Berwarna merah kekuningan, berisi cairan dan lendir, terjadi pada hari ke 3-7 post partum.

c. Lochea serosa

Berwarna kuning, kadang tidak berwarna, terjadi pada hari ke 7-14 post partum.

d. Lochea alba

Cairan berwarna putih, terjadi pada lebih dari 6 minggu post partum.

e. Lochea purulenta

Keluar cairan seperti nanah, berbau busuk, menunjukkan adanya infeksi.

f. Lochea statis

Lochea yang tidak lancar keluar.

3. Laktasi

Laktasi menurut Mansjoer (1999) merupakan proses pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI). Keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas masih sama dengan keadaan kehamilan pada waktu buah dada mengandung susu.

Pada dua hari pertama nifas yang dikeluarkan melalui memijit atau masase areola mamae, pada lebih kurang 8 hari post partum buah dada menjadi besar, kasar dan nyeri. Hal ini menandai permulaan sekresi air susu dan areola mamae dipijat sehingga mengeluarkan cairan putih dari puting susu


Perubahan psikologis

Emosi ibu ketika saat melahirkan mencapai kegembiraan pada tingkat klimaks. Seringkali emosi yang tinggi menurun pada tingkat kelahiran bayi, ada yang merasa tertekan dan menangis. Depresi ini disebut post partum blues.

Menurut Hamilton (1995) parenting merupakan proses penyesuaian menjadi orang tua. Hal ini terjadi dalam tiga tahap yaitu :

1. Tahap I (ketergantungan)

Tahap pertama ini terjadi pada 1-2 hari post partum. Rubin (1961) dalam buku Hamilton (1995) menjelaskan bahwa tahap tersebut merupakan fase taking in. Ibu butuh perlindungan dan pelayanan, selalu membicarakan pengalaman melahirkan berulang-ulang.

2. Tahap II (ketergantungan-ketidakketergantungan)

Tahap ketergantungan-ketidakketergantungan dimulai pada hari ke 3-5 post partum. Rubin (1961) dalam buku Hamilton (1995) menyebutkan fase taking hold sampai hari ke 3. Ibu siap menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang sangat membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik sehingga dapat istirahat dengan baik.

3. Tahap III (saling ketergantungan)

Tahap saling ketergantungan dimulai hari ke 5-6 post partum dimana sistem keluarga telah menyelesaikan dengan anggota keluarganya yang baru. Secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit.

D. Penatalaksanaan spesifik pada post partum

Menurut Saifuddin (2002) penatalaksanaan spesifik pada post partum meliputi :

1. Kebersihan diri

a. Anjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari ke belakang, baru kemudian membersihkan vulva setiap kali selesai buang air besar atau kecil.

b. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau diseterika.

c. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

d. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka.

2. Istirahat

a. Anjurkan ibu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan

b. Sarankan kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga perlahan-lahan, tidur siang, istirahat selagi bayi tidur

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI, memperlambat proses involusi, memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

3. Latihan

Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali normal. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit sehari sangat membantu seperti :

a. Dengan tidur terlentang, dengan lengan disamping, menarik otot perut, selagi menarik nafas tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima hitungan, rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.

b. Latihan Kegel untuk memperkuat tonus otot jalan lahir

c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat, pinggul sampai lima hitungan, kendurkan dan ulangi sampai lima kali.

4. Gizi

Gizi ibu menyusui harus meliputi antara lain :

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup

c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, anjurkan minum untuk setiap menyusui

d. Pil zat besi harus diminum selama 40 hari pasca partum.

5. Menyusui

Meningkatkan suplai ASI untuk :

a. Bayi

1) Menyusui setiap 2 jam, siang dan malam hari, lama menyusui kurang lebih 10-15 menit setiap payudara

2) Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui

3) Pastikan bayi menyusu dengan posisi yang baik

4) Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman.

b. Ibu

1) Ibu harus meningkatkan istirahat dan tidur

2) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya.

6. Perawatan payudara

a. Menjaga tetap kering dan bersih, terutama puting susu

b. Menggunakan bra yang menyokong payudara

c. Apabila puting lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui dan tetap menyusui dimulai puting yang tidak lecet

d. Bila lecet berat, istirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok

e. Penanganan payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan breast care.

7. Keluarga berencana.

Keluarga berencana merupakan waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada ibu yang menyusui, persalinan yaitu metode amenore laktasi. Sebaiknya dimulai pada 6 minggu post partum dengan metode amenore laktasi, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), tubektomi, pantang berkala, kondom dan spermatisida serta kontrasepsi progestin, sedangkan pada periode 6 bulan post partum menggunakan alat kontrasepsi AKDR, tubektomi, kondom, hormon, kalender dan pil.


Rabu, 21 Juli 2010

Sectio Cecarea”


A. Pengertian
Sectio cecarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan cara membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut atau vagina (Mochtar 1998). Menurut Wiknjosastro (2002) sectio cecarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Mansjoer (1999) berpendapat bahwa sectio cecarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan rahim. Ahli lain berpendapat bahwa sectio cecarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gram atau umur kehamilan lebih dari 28 minggu (Manuaba 1998).
Operasi caesar atau sering disebut seksio sesarea menurut Adjie (2002) adalah melahirkan janin melalui janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim. Operasi Caesar atau sectio caesaria adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk mengeluarkan bayi (Apa itu operasi caesar 2007).

B. Klasifikasi
Klasifikasi sectio cecarea menurut Manuaba (1999) yaitu
1. Sectio cecarea klasik menurut Sanger
Sectio cecarea ini lebih mudah dimulai dari insisi segmen bawah rahim, memanjang pada korpus uteri dilakukan dengan sayatan kurang lebih 10 cm, dengan indikasi :
a. Sectio cecarea yang diikuti dengan sterilisasi
b. Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan segmen bawah rahim dan perdarahan
c. Dada letak lintang
d. Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul (PAP)
e. Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi.
Keuntungan dilakukan sectio cecarea klasik yaitu mudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas. Sedangkan kerugian dilakukan sectio cecarea klasik antara lain kesembuhan luka operasi relatif sulit, kemungkinan terjadinya ruptura uteri pada kehamilan berikutnya lebih besar dan kemungkinan terjadinya perlengketan dengan dinding abdomen lebih besar.
2. Sectio cecarea transperitoneal profunda (SCTP) menurut Kehrer
Sectio cecarea dengan insisi melintang konkaf pada segmen bawah rahim. Indikasi yang berasal dari ibu antara lain primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai dengan preterm, kelainan letak, cephalopelvic disproportion (CPD), kesempitan panggul, kehamilan yang disertai penyakit seperti penyakit jantung serta diabetes melitus (DM).
Indikasi yang berasal dari janin antara lain gawat janin, malposisi dan malpresentasi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil dan kegagalan persalinan vakum atau forcep ekstraksi. Keuntungan dilakukan SCTP antara lain segmen bawah rahim lebih tenang, kesembuhan lebih baik serta tidak banyak menimbulkan perlekatan. Sedangkan kerugiannya meliputi terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin dan terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan.
3. Sectio cecarea hiserektomi menurut Porro
Operasi sectio cecarea histerektomi ini dilakukan secara histerektomi supra vaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin dengan indikasi sectio cecarea disertai infeksi, atonia uteri dan perdarahan, solusio plasenta dan disertai tumor pada otot rahim.
4. Sectio cecarea ekstra peritoneal
Operasi tipe ini tidak banyak dikerjakan lagi karena perkembangan antibiotika dan untuk menghindarkan kemungkinan infeksi yang dapat ditimbulkannya. Tujuan dari sectio cecarea ini adalah menghindari kontaminasi kavum uteri oleh infeksi yang terdapat diluar uterus.

C. Indikasi
Menurut Saifuddin (2001), ada dua indikasi dalam penentuan sectio cecarea yaitu :
1. Indikasi ibu antara lain disproporsi kepala panggul (CPD), cistosia jaringan lunak, disfungsi uterus dan plasenta previa
2. Indikasi janin antara lain janin besar, gawat janin dan letak lintang.
Menurut statistik tentang 3509 kasus sectio cecarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlin (1968), indikasi sectio cecarea adalah disporposi janin panggul, gawat janin, plasenta previa, pernah dilakukan sectio cecarea, kelainan letak, incoordinate uterin action serta pre-eklampsia dan hipertensi (Wiknjosastro 2002).
Operasi caesar hanya boleh bila ari-ari menutup jalan lahir (plasenta previa), Bayinya besar, umumnya punya berat lebih dari 4,2 kg (macrosomia)., Letak bayi melintang atau sungsang, Proporsi panggul ibu dengan kepala bayi yang tidak pas, sehingga dikhawatirkan persalinan macet (cephalo pelvic disproportion/CPD), Kepala bayi lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus), Detak jantung janin melambat (fetal distress), Ibu hamil menderita herpes genital, hipertensi, dan AIDS, Tali pusar bayi putus, Proses persalinan normal berlangsung lama sehingga terjadi kelelahan persalinan atau terjadi kegagalan persalinan normal (dystosia) (Apa itu operasi caesar 2007).

D. Kontraindikasi
Menurut Oxorn (1996), kontra indikasi dilakukan sectio cecarea yaitu :
1. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi berbahaya yang tidak diperlukan.
2. Kalau janin lahir, ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk sectio cecarea ektra peritoneal tidak tersedia
3. Kalau dokter bedahnya tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak menguntungkan bagi pembedahan atau kalau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai.

E. Komplikasi
Komplikasi dilakukannya sectio cecarea menurut Wiknjosastro (2002) antara lain :
1. Infeksi puerperal, dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang, kenaikan suhu lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung
c. Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik
2. Perdarahan disebabkan oleh banyak pembuluh darah yang terputus, terbuka, atonia uteri serta perdarahan pada placental bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan bila reperitoneali
4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan sekarang.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ibu post partum sectio cecarea menurut Hamilton (1995), Mochtar (1998), Manuaba (1999), dan Saifuddin (2002) adalah :
1. Observasi kesadaran penderita
a. Pada anestesi lumbal, kesadaran penderita baik oleh ahli bedah karena ibu dapat mengetahui hampir semua proses persalinan
b. Pada anestesi umum, pulihnya kesadaran oleh ahli bedah diatasi dengan memberikan oksigen menjelang akhir operasi.
2. Mengukur dan memeriksa tanda-tanda vital (TTV)
a. Pengukuran meliputi tensi, nadi, suhu, pernafasan (tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam berikutnya dan selanjutnya tiap jam). Keseimbangan cairan melalui produksi urin dengan perhitungan (produksi urin normal 500-600 cc, pernafasan 500-600 cc, penguapan badan 900-1000 cc). Pemberian cairan pengganti sekitar 2000-2500 cc dengan perhitungan 20 tetes permenit (1 cc permenit), infus setelah operasi sekitar 2 x 24 jam.
b. Pemeriksaan paru meliputi (kebersihan jalan nafas, ronkhi basah untuk mengetahui adanya edema perut), bising usus menandakan berfungsinya usus (dengan adanya flatus), perdarahan lokal pada luka operasi, kontraksi rahim untuk menutup pembuluh darah dan perdarahan pervaginam.
c. Perawatan luka insisi
1. Luka insisi dibersihkan di desinfeksi lalu ditutup dengan kain penutup luka, secara periodik luka dibersihkan dan diganti.
2. Jahitan diangkat pada hari ke 6-7 post operasi, diperhatikan apakah luka sembuh atau dibawah luka terdapat eksudat. Jika luka dengan eksudat sedikit ditutup dengan band aid operative dressing. Luka dengan eksudat sedang ditutup dengan regal filmated swaba, sedangkan luka dengan eksudat banyak ditutup dengan surgical pads atau dikompres dengan cairan suci hama lainnya, sedangkan untuk memberikan kenyamanan bergerak bagi penderita sebaiknya pakai gurita.
d. Diit
1. Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah pasien flatus, lalu dimulai dengan pemberian makanan dan minuman oral.
2. Pemberian sedikit minum sudah dapat diberikan 6-10 jam pasca bedah berupa air putih atau air teh.
3. Setelah cairan infus dihentikan berikan makanan bubur saring, minum air buah dan susu kemudian secara bertahap makanan lunak dan nasi biasa
4. Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari, makan dengan diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, pil zat besi selama 40 hari pasca operasi atau persalinan dan kapsul vitamin A (200.000 unit).
e. Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama nyeri masih dirasakan di daerah operasi, untuk mengurangi nyeri diberikan obat anti nyeri, penenang seperti pethidin IM dengan dosis 100-150 mg atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara infus. Setelah hari pertama atau kedua rasa nyeri akan hilang sendiri.
f. Mobilisasi
1. Mobilisasi secara bertahap berguna untuk membantu penyembuhan penderita secara psikologis. Hal ini memberikan kepercayaan pada penderita bahwa dia mulai sembuh.
2. Miring ke kanan dan kekiri dimulai 6-10 jam pasca operasi (setelah sadar)
3. Hari ke 2 penderita dapat duduk selama 5 menit dan hari ke 3-5 mulai berjalan
g. Eliminasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa tidak nyaman dan dapat menghalangi involusi uterus karena itu dianjurkan pemasangan kateter tetap. Bila tidak dipasang, dilakukan kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca operasi, kecuali jika pasien dapat kencing sendiri sebanyak 8-9 jam. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari setelah melahirkan karena edema pre-persalinan, diit cairan, obat-obatan dan analgetika selama persalinan. Diharapkan bila belum BAB anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi buah dan sayuran, minum air dalam jumlah lebih dari biasa, berikan obat pelunak feses, laksatif ringan atau suposituria sesuai instruksi.
h. Obat-obatan
1. Antibiotik, kemotherapi dan anti inflamasi
a) Sebelum dilakukan uji biakan dan uji kepekaan, pilih antibiotik pembunuh kuman gram negatif sebagai obat suntikan dan pembunuh gram positif sebagai obat oral
b) Setelah uji biakan dan uji kepekaan diketahui, beri obat berpedoman pada hasil tersebut
c) Dosis obat harus tepat, adekuat dan berspektrum kuat.
2. Obat pencegah kembung
Digunakan untuk mencegah perut kembung dan memperlancar kerja saluran pencernaan, contohnya Alinamin F, Prostigmin, Perimperan
3. Obat lain
Untuk meningkatkan vitalis dan keadaan umum penderita dapat diberikan roborantia dan anti inflamasi. Bila pasien anemia diberi transfusi, hal ini disebabkan pembedahan banyak darah yang hilang, baik dari luka insisi maupun dari luka bekas menempelnya plasenta.
i. Perawatan rutin
Setelah operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat pemeriksaan rutin bagi penderita pasca bedah yang diteruskan pada dokter atau perawat dikamar tempat penderita dirawat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran adalah tekanan darah, jumlah nadi per menit, frekuensi pernafasan per menit, jumlah cairan masuk dan keluar (rutin), suhu badan, pemantauan tinggi fundus uteri (TFU) dan kontraksi uterus.
j. Lochea
Lochea adalah keluaran dari uterus setelah melahirkan. Intervensi yang dilakukan antara lain perawatan luka yaitu dilakukan pada waktu pagi dan sore sebelum mandi, sesudah BAB atau buang air kecil (BAK) dan bila penderita merasa tidak nyaman karena lochea berbau atau keluhan rasa nyeri.
k. Payudara
Pada masa nifas payudara dilakukan secara rutin dengan menjaga payudara tetap bersih dan kering. Payudara dibersihkan setiap hari sebelum mandi dengan air bersih tanpa sabun untuk mengurangi resiko infeksi, menggunakan bra yang menyokong payudara. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada puting susu setiap kali selesai menyusui, menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
l. Hubungan seksual
Secara fisik aman memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
m. Kembalinya menstruasi
Menstruasi biasanya terjadi 12 minggu post partum pada wanita yang tidak menyusui dan 36 minggu post partum pada yang menyusui.
n. Keluarga Berencana
Masa post partum merupakan masa yang paling baik untuk menawarkan kontrasepsi karena pada saat ini motivasi penggunaannya lebih tinggi.
o. Nasihat pasca operasi
Hal-hal yang dianjurkan pasca operasi antara lain dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun dengan memakai kontrasepsi, kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik, bersalin ke rumah sakit yang besar

G. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Doenges (2001), fokus pengkajian pasien dengan sectio cecarea yaitu :
a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosi dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri. Klien atau pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
c. Eliminasi
Kateter mungkin terpasang, urine jernih, pucat, bising usus tidak ada samar atau jelas.
d. Makanan atau cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
e. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan distensi pada awal.
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya trauma abdomen bedah atau insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih atau abdomen dan efek-efek anestesia.
g. Pernafasan
Bunyi paru jelas vesikuler.
h. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus, aliran lochea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak.
i. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap, hemoglobin atau hematokrit untuk mengkaji perubahan dari kadar pre-operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan, sedangkan urinalisis, kultur urine, darah vaginal dan lochea, pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individu.

ASKEP PLASENTA PREVIA

FORMAT PENGKAJIAN

KEPERAWATAN MATERNITAS PERIODE ANTENATAL


Nama Mahasiswa : Wening Marsudi Astuti. Kep.Ns

Tanggal/jam pengkajian : 2 Juni 2009/ 10.00 WIB

Tempat : Ruang Flamboyan RSMS

I. IDENTITAS

A. PASIEN

1. Nama : Ny U

2. Tempat/tgl lahir/umur : Bumiayu/ 24 Januari 1968/ 41 tahun

3. Agama : Islam

4. Status perkawinan : Menikah

5. Pendidikan terakhir : SMA

6. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

7. Alamat : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu

8. Suku Bangsa : Jawa

9. Diagnosa Medis : Perdarahan antepartum, plasenta previa totalis.

10. Nomor RM/CM : 772552

11. Tanggal Masuk RS : 1 Juni 2009

B. PENANGGUNG JAWAB

1. Nama : Tn S

2. Umur : 41 tahun

3. Pendidikan terakhir : SMA

4. Pekerjaan : Swasta

5. Alamat : Pruwatan RT 7/ RW 3 Bumiayu

6. Hubungan dengan pasien : Suami

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan utama:

Perdarahan saat kehamilan

2. Riwayat kesehatan sekarang:

Klien datang/kiriman dari Rumah Bersalin (RB) Alam Medica pada tanggal 1 Juni 2009, G3P2A0 dengan plasena previa totalis. Kenceng-kenceng tiak ada, rembesan air tidak ada, perdarahan pervaginam bergumpal sejak tanggal 1 Juni 2009 jam 01.30 .

3. Riwayat kesehatan dahulu

Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit jantung, paru, hipertensi, DM.

4. Riwayat obstetrik yang lalu:

G3 P2 A0

No

Masalah kehamilan

Tipe persalinan

Keadaan bayi

Masalah pada masa nifas

1.

Tidak ada

VE

Bayi lahir aterm, jenis kelamin laki-laki, BBL 4 kg, lahir langsung menangis.

Tidak ada masalah selama masa nifas.

2.

Tidak ada

VE

Bayi lahir aterm, jenis kelamin perempuan, BBL 3,1 kg, lahir langsung menangis.

Tidak ada masalah selama masa nifas.

3.

Hamil sekarang ini mengalami perdarahan pervaginam, placenta previa totalis.

Belum mengalami persalinan.

-

-

5. Riwayat kehamilan saat ini:

HPHT : 30-10-2008

HPL : 6-8-2009

TB : 155 cm

BB sebelum hamil : 56 kg

Penambahan BB selama hamil : 8 kg

Lila : 25 cm

Usia gestasi

Keluhan

TFU

Letak janin/presentasi

DJJ

Data lain

30 minggu

Perdarahan pervaginam antepartum dengan pasenta previa.

28 cm

Presentasi kepala.

+

(12,11,12)

Punggung janin di bagian kanan (PUKA), kepala belum masuk PAP.

6. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun, seperti penyakit jantung, paru, hipertensi, dan DM. Dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga lain yang pernah mengalami penyakit yang serupa dengan yang diderita oleh klien.

7. Pola kesehatan fungsional (menurut Gordon, Handerson/modifikasi)

a. Pola nutrisi

Sebelum masuk RS, klien dalam sehari makan 3x sehari dengan menghabiskan 1 porsi makan. Saat hamil ini terkadang klien merasa mual, sehingga klien kadang makan tidak teratur yaitu 2x dalam sehari. Setalah klien masuk RS pola nutrisi klien tidak banyak mengalami perubahan, yaitu klien tetap makan 3x sehari dengan menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan dari RS.

b. Pola eliminasi

Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak ada masalah yaitu dalam sehari klien BAB 1x sehari. Sedangkan elama hamil untuk BAK, klien mengalami peningkatan frekuensi BAK, yaitu klien lebih sering BAK tetapi dalam BAK tidak ada keluhan yang dapat mengganggu klien BAK. Setelah masuk RS pola eliminasi (BAB dan BAK) klien tidak ada masalah yang dapat mengganggu dalam proses BAB dan BAK klien.

c. Pola aktivitas, istirahat dan tidur

Saat dirumah, sebelum klien mengalami perdarahan dan masuk RS, aktivitas klien sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan hariannya hanya membersihkan rumah dan mengurus suami saja. Namun setelah hamil aktivitas yang berat-berat saat dirumah sudah dikurangi oleh klien. Dalam kesehariaanya klien tidur jam 21.00 malam dan bangun jam 04.00. terkadang klien tidur siang dan terkadang tidak. Tidur siang biasanya lamanya 2 jam.

d. Pola kebersihan diri

Sebelum sakit klien bisa melakukan ADL secara mandiri, namun setelah sakit dan dirawat di RS dalam memenuhi ADLnya klien memerlukan banuan minimal. Dalam hal kebersihandiri, klien bisa melakukan kebersihan diri secara mandiri.

e. Pola reproduksi seksual:

Menstruasi pertama 12 tahun, lama siklus 7-8 hari, keputihan terkadang ada, dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua haid, permasalahan dalam hubungan seksual tidak ada masalah, operasi pada alat reproduksitidak pernah.

f. Aspek mental, intelektual, sosial, spiritual:

· Konsep diri:

Identitas diri:

Klien adalah seorang wanita dengan umur 41 th, pernah hamil 3x, melahirkan 2x, abortus belum pernah. Pertama haid, klien berumur 12 tahun. Kondisi genetalia klien normal tidak ada masalah.

Harga diri:

Dalam kesehariannya klien sering berkumpul dengan tetangganya dirumah, klien juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan dikampungnya yaitu seperti arisan PKK, pengajian ibu-ibu, kerja bakti dll. Dalam berhubungan dengan orang lain klien tidak pernah merasa minder atau malu.

· Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan kesehatan secara umum):

Menurut klien kesehatan itu merupakan hal yang sangat penting, sehingga selama hamil klien selalu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan praktek yang ada di kampungnya. Namun saat klien mengalami perdarahan saat hamil ini klien belum mengetahui secara jelasmengenai sakit yang dideritanya dan klien belum paham mengenai penyebab sakit yang dialaminya sekarang.

· Hubungan interpersonal/sosial: hubungan perkawinan, keluarga dan masyarakat:

Dalam beruhungan dengan anggota keluarga yang lain, hungungan dengan masyarakat klien tidak ada masalah.

· Mekanisme koping individu:

Dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi sekarang klien berusaha untuk sabar dan tegar menghadapi sakitnya ini, walaupun klien terkadang merasa cemas dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering terjadi perdarahan.

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum: tingkat kesadaran CM status gizi tidak ada masalah, gizi tercukupi.

2. TTV: suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg, respirasi 20 x/mnt.

3. Pemeriksaan head to to:

a. Kepala: kesan wajah (chloasma gravidarum) ada dibagian pipi, kondisi rambut: rambut klien pendek berwarna hitam, kebersihan rambut agak kotor karena selama masuk RS klien belum pernah keramas.

b. Mata: kebersihan bersih, discharge tidak ada, refleks terhadap cahaya normal, konjuctiva normal yaitu tidak pucat, sclera normal yaitu warna sklera putih tidak ada kemerahan.

c. Hidung: simetris, bersih, discharge tidak ada.

d. Telinga: bentuk normal, kebersihan bersih dan discharge tidak ada, fungsi pendengaran normal.

e. Mulut dan tenggorokan: kemampuan bicara tidak terdapat masalah, klien dapat bicara secara normal, kebersihan bersih, tidak ada sianosis, adakah deviasi tidak ada.

f. Leher: peningkatan JVP tidak ada, tiroid: pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.

g. Tengkuk: kaku kuduk tidak ada.

h. Dada: inspeksi bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada, gerakan nafas tidak ada usaha napas tambahan, palpasi suara napas vesikuler, suara ronkhi dan wezing tidak ada, nyeri tekan tidak ada, perkusi bunyi paru dan batas jantung dan paru perkusi paru sonor, batas antara jantung dan paru jelas, auskultasi suara paru vesikuler, bunyi jantung (I, II, III) S1 > S2, irama jantung reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.

i. Payudara: bentuk simetris, ukurannya mulai membesar, kebersihan bersih, aerola terjadi peningkatan pigmentasi, ASI belum keluar, kolostrum belum keluar, konsistnsi/massa tidak ada, putting: menonjol.

j. Abdomen: dinding perut supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, peristaltik usus normal yaitu 12 x/mnt.

k. Punggung: vertebrae, ginjal dalam batas normal.

l. Panggul: normal

m. Genetalia wanita: edema vulva ada, varises ada, keputihan tidak ada, kebersihan bersih, condiloma tidak ada, pembesaran kelenjar Bartolini tidak ada.

n. Anus dan rectum: pembesaran vena tidak ada, haemoroid tidak ada, massa tidak ada.

o. Ekstremitas atas dan bawah: kelengkapan anggota gerak lengkap edema bagian kedua kaki, tonus otot normal, varises ada, refleks: refleks patologis positif dan refleks patologis negatif, turgor kulit baik (<>

4. Pemeriksaan khusus obstetrik:

Dilakukan pemeriksaan USG abdomen dengan hasil:

a. Tampak janin tunggal hidup intrauteri

b. Tampak plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan disertai gambaran hipoekoik diantaranya.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan urin lengkap (protein, reduksi, urobilin, bilirubin)

Pemeriksaan urin lengkap tidak dilakukan.

2. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, golongan darah,VDRL- papsmear bila ada indikasi)

a. Pemeriksaan darah lengkap

1) Hb = 9,1 gr/dL (L = 14-18, P = 13-16 gr/dL)

2) Leukosit = 8.000 / µL (5.000-10.000 / µL)

3) Ht = 28 % (L = 40-48, P = 37-43 %)

4) Eritrosit = 3,61 jt/ µL (L = 4,5 – 5,5 jt/ µL, P = 4-5 jt/ µL)

5) Trombosit = 179.000 / µL (150.000-400.000 / µL)

6) MCV = 77,8 fl (80-97 fl)

7) MCH = 25,2 pgr (26-32 pgr)

8) MCHC = 32,4 % (31-36 %)

b. Pemeriksaan hitung jenis

1) Basofil = 0 % (0-1 %)

2) Eosinofil = 1 % (1-4 %)

3) Batang = 0 % (2-5 %)

4) Segmen = 73 % (40-70 %)

5) Limfosit = 21 % (19-48 %)

6) Monosit = 5 % (3-9 %)

c. Faal hemostasis

1) PT = 13,8 dtk (10,8-14,4 dtk)

2) APTT = 29,7 dtk (24-36 dtk)

V. TERAPI

1. Vicillin 1x1 gr

2. Konservatif s/d aterm

3. Histolan tab 3x1

4. Dexametason 2x6 mg (2 hari)

5. Diit biasa

VI. PERSIAPAN PERSALINAN

  • Senam hamil:

Tidak dilakukan.

  • Rencana tempat melahirkan:

Klien berencana melahirkan di RS.

  • Perlengkapan kebutuhan bayi:

Sudah dipersiapkan tetapi baru sedikit.

  • Kesiapan mental ibu dan keluarga:

Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini sebelumnya klien sudah pernah melahirkan 2x.

  • Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan:

Ibu sudah mengetahui tanda-tanda saat akan melahirkan yaitu terjadi kontraksi di bagian perut bawah, kontraksi makin lama makin kenceng. Keluar cairan ketuban saat akan melahirkan. Menurut klien saat persalinan biasanya klien dibimbing oleh perawat RS atau bidan tempat klien melahirkan untuk melakukan mengejan dan pengaturan napas pada saat melahirkan. Tetapi klien belum mengetahui cara menangani nyeri pada saat persalinan. Klien hanya mengetahui untuk mengurangi nyeeri saat persalinan yaitu klien diberikan obat.

  • Perawatan payudara:

selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari cara melakukan perawatan payudara agar ASI yang diberikan untuk bayi bisa keluar.

  • Dll

ANALISA DATA

Nama klien : Ny U

Ruang : Flamboyan

Tgl/jam

Data

Masalah

Etiologi

2 Juni 09

Jam 12.00

DS:

· Klien mengatakan mengalami perdarahan sejak tanggal 1 Juni 2009 mulai jam 01.30 WIB.

· Klien mengatakan usia kehamilannya saat ini baru 30 minggu.

· Menurut klien, perdarahan pertama yang keluar bentuknya bergumpal.

· Klien mengatakan saat ini perdarahan yang keluar sudah agak berkurang dari pada kemarin.

DO:

· Hasil USG diperoleh gambaran plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan disertai gambaran hipoekoik diantaranya.

· Hb 9,1 gr/dL

· Ht 28 %

· Eritrosit 3,61 jt/ µL

· Konjungtiva klien pucat

· Suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, TD 100/70 mmHg, RR 20 X/mnt.

Gangguan perfusi jaringan (plasental) tidak efektif.

Hipovolemia karena kehilangan darah (perdarahan).

2 Juni 09

Jam 12.00

DS:

· Klien mengatakan terkadang merasa cemas dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering terjadi perdarahan.

· Klien mengatakan takut kalu mengalami keguguran.

DO:

· Klien gelisah dan lebih sering diam.

· Klien lebih sering melamun.

Cemas

Perubahan yang menyertai kehamilan.

2 Juni 09

Jam 12.00

DS:

· Klien mengatakan kurang mengetahui tentang kelainan kehamilan yang dialaminya.

· Klien mengatakan ingin mengetahui lebih banyak mengenai kelainan dalam kehamilannya saat ini.

DO:

· Klien bingung ketika di tanya mengenai penyebab kelainan dalam kehamilannya saat ini.

Kurang pengetahuan

Keterbatasan informasi mengenai plasenta previa.

Prioritas diagnosis keperawatan:

1. Gangguan perfusi jaringan (plasental) tidak efektif b.d. hipovolemia karena kehilangan darah (perdarahan).

2. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai plasenta previa.

3. Cemas b.d. perubahan yang menyertai kehamilan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny U

Ruang : Flamboyan

Tgl/Jam

Diagnosis Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Keperawatan

Paraf & Nama

2 Juni 09

Jam 12.00

Gangguan perfusi jaringan (plasental) tidak efektif b.d. hipovolemia karena kehilangan darah (perdarahan).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat menunjukkan perfusi yang adekuat, dengan kriteria hasil:

· Tanda-tanda vital stabil

· Membrane mukosa berwarna merah muda

· Pengisian kapiler normal (<>

· Haluaran urin adekuat.

· Pernapasan adekuat

· Kaji penyebab terjadinya perdarahan (abrasi plasenta, plasenta previa, merokok, penggunaan kokain, PIH (pregnance induced hiertention).

· Kaji secara akurat kemunginan harapan hidup janin, kaji juga kapan menstruasi terakhir ibu, prioritaskan pelaporan yang didapat dari Ultrasound atau riwayat obstetrik.

· Inspeksi keadaan perineum, hitung jumlah dan karkateristik perdarahan.

· Monitor TTV

· Lakukan persiapan prosedur emergency antepartum , partum, seperti terapi oksigen, terapi parenteral IV dan mungkin infuse parallel.

· Catat masukan dan pengeluaran makanan dan minuman.

· Elevasikan ekstremitas bawah untuk meningkatkan perfusi ke organ vital dan fetus.

2 Juni 09

Jam 12.00

Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai plasenta previa.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, klien dan keluarga mampu memperoleh pengetahuan mengenai kelainan dalam kehamilan yang ditandai dengan:

· Mengenal kelinan kehamilan yang sedang dialami klien.

· Mengetahui faktor penyebab atau faktor pencetus

· Mengetahui tanda dan gejala

· Mengetahui komplikasi dari plesenta previa

· Mengetahui cara mencegah komplikasi

· Menjelaskan penatalaksanaan plasenta previa.

Pembelajaran : kelainan dala kehamilan

· Kaji tingkat pengetahuan klien tentang plasenta previa.

· Jelaskan tanda dan gejala plasenta previa.

· Identifikasi kemungkinan penyebab plasenta previa.

· Berikan informasi tentang kondisi klien.

· Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik.

· Diskusikan tentang pilihan terapi.

· Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas.

· Jelaskan cara mencegah komplikasi.

· Jelaskan cara penatalaksaan plsaenta previa.

2 Juni 09

Jam 12.00

Cemas b.d. perubahan yang menyertai kehamilan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan klien dapat:

· Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

· Mempertahankan tindakan yang mengontrol cemas.

· Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi cemas.

· Memonitor faktor risiko dari lingkungan.

· Membantu klien mengidentifikasi penyebab cemas yang dialaminya.

· Mengajari klien cara melakukan teknik relaksasi

· Klien dapat menyebutkan penyebab cemas yang sedang di alaminya.

· Memberikan penjelasan kepada klien mengenai kondisi penyakit yang sedang dialaminya.

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny U

Ruang : Flamboyan

No Dx

Tgl/Jam

Implementasi

Respon

Paraf & Nama

1.

2 Juni 2009

Jam 14.00

Jam 16.00

Jam 17.30

Jam 20.30

3 Juni 2009

Jam 08.00

Jam 10.30

· Mengkaji penyebab perdarahan

· Memonitor TTV (nadi, suhu, TD, RR).

· Memonitor KU klien.

· Mengobservasi membran mukosa (konjungtiva) klien.

· Memonitor dan mengobservasi perdarahan.

· Mengobservasi jumlah dan bentuk perdarahan.

· Mengecek suhu klien.

· Mengganti plabot infus dengan tranfusi set.

· Mengobservasi pengeluaran urin.

· Mengecek kapiler revil pada jari tangan.

· Mengobservasi DJJ janin.

· Memposisikan klien yang nyaman.

· Memonitor TTV ( suhu, nadi, TD).

· Memonitor masukan cairan dan makanan.

·Observasi Ku klien.

·Mengganti transfusi set dengan RL.

·Mengobservasi perdarahan.

·Mengobservasi KU klien.

·Mengecek TTV (suhu, nadi,TD).

·Mengobservasi dan memeriksa warna konjungtiva klien.

·Memonitor perdarahan, jumlah, bentuk perdarahan.

·Mengobservasi kondisi janin.

·Mengobservasi kapiler revil.

·Melepas/ aff infus.

·Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

·Perdarahan karena plasenta previa.

·N = 84 x/mnt, S = 360C, TD = 100/60, RR = 21 x/mnt.

·Klien mengeluh agak lemes dan mengantuk. KU cukup, kesadaran CM.

·Konjungtiva klien masih agak pucat.

·Perdarahan masih keluar, dari tadi pagi sampai sekarang sudah ganti pembalut 2x.

·Jumlah perdarahan dalam 2x ganti pembalut penuh semua. Perdarahan bentuknya gumpalan dan cair.

·Suhu klien 36,60C.

·Darah masuk melalui tranfusi set sebanyak 500cc.

·Dalam sehari klien sudah BAK 4x, jumlah ± setengah gelas belimbing.

·Kapiler revil baik (<>

·DJJ +

·Tidur/istirahat dengan posisi fowler/semi fowler.

· S = 36,90C, N = 96 x/mnt, TD = 100/70 mmHg.

·Cairan infus + RL 500 cc sudah masuk setengahnya, tranfusi set (PRC) 500 cc, makanan dari RS habis, minum sudah ± 5 gelas belimbing.

·KU klien cukup, kesadaran CM.

·Infus RL masuk.

·Perdarahan masih ada, jumlah mulai berkurang dari jam 14.00 siang sampai sekarang belum ganti pembalut lagi.

·Ku klien cukup, kesadaran CM.

·S = 360C, N = 84 x/mnt, TD = 110/70 mmHg.

·Konjungtiva klien sudah tidak pucat.

·Perdarahan yang keluar hanya bercak-bercak, di pembalut tidak penuh, dan ganti pembalut baru 1x setelah mandi pagi tadi.

·DJJ +

·Kapiler revil baik (<>

·Klien persiapan pulang.

·Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan.

2.

2 Juni 2009

Jam 14.00

3 Juni 2009

Jam 10.30

·Memberikan informasi mengenai plasenta previa kepada klien.

·Menjelaskan penyebab, tanda dan gejala, hasil pemeriksaan USG, cara mencegah komplikasi dari plecenta previa.

·Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

·Menganjurkan klien untuk lebih banyak istirahat/tidak banyak melakukan aktivitas.

·Mengevaluasi dan mengobservasi pengetahuan klien mengenai cara mencegah perdarahan yang berulang pada plasenta previa.

·Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

·Klien mau mendengarkan dan menyimak informasi yang diberikan.

·Sekarang klien mengetahui mengenai kelainan dalam kehamilannya saat ini dan kondisi kehamilannya.

·Klien mau mengikuti saran yang diberikan.

·Klien lebih banyak tiduran saat diberikan informasi.

·Klien merasa senang karena telah diberi penjelasan mengenai masalah kehamilannya.

·Klien bisa menjawab dengan benar cara mencegah perdarahan berulang pada plasenta pervia.

·Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan dan mau mengikuti saran yang diberikan.

3.

2 Juni 2009

Jam 16.00

Jam 17.30

3 Juni 2009

Jam 08.30

Jam 10.30

·Mengidentifikasi penyebab cemas yang dialami klien.

·Mengajari klien teknik relaksasi dengan cara distraksi dan napas dalam.

·Mengobservasi perasaan klien.

·Mengobservasi perasaan klien mengenai kecemasan yang dialaminya.

·Mengobservasi teknik relaksasi yang digunakan klien untuk mengatasi kecemasan.

·Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

- Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik relaksasi yang telah diajarkan untuk mengurangi perasaan cemas.

·Klien mengatakan khawatir dengan kondisi kehamilannya saat ini.

·Klien mau diajari cara mengontrol cemas dengan distraksi dan napas dalam.

·Klien mengatakan sudah mulai berkurang rasa cemasnya.

·Klien merasa sudah tidak cemas.

·Klien menggunakan napas dalam untuk mengatasi kecemasan.

·Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan dan mau mengikuti saran yang diberikan.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny U

Ruang : Flamboyan

Tgl/Jam

No Dx

Status perkembangan masalah klien

Paraf & Nama

2 Juni 2009

Jam 21.00

3 Juni 2009

Jam 14.00

1.

1.

S:

· Klien mengeluh agak lemes dan mengantuk.

· Klien mengatakan perdarahan masih keluar, dari tadi pagi sampai sekarang sudah ganti pembalut 2x.

· Klien mengatakan perdarahan masih ada, jumlahnya mulai berkurang dari jam 14.00 siang sampai sekarang belum ganti pembalut lagi.

O:

· S = 36,90C, N = 96 x/mnt, TD = 100/70 mmHg.

· Cairan infus + RL 500 cc sudah masuk setengahnya, tranfusi set (PRC) 500 cc, makanan dari RS habis, minum sudah ± 5 gelas belimbing.

· KU cukup.

· Konjungtiva klien masih agak pucat.

· Dalam sehari klien sudah BAK 4x, jumlah ± setengah gelas belimbing.

· Kapiler revil baik (<>

· DJJ +

· Posisi klien tidur/istirahat dengan posisi fowler/semi fowler.

A:

Masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan KU klien cukup, kapiler refil baik (<>

P:

Lanjutkan intervensi:

· Observasi perdarahan

· Pantau tanda vital

· Cek Hb

· Berikan injeksi Dexametason 2x5 mg sesuai instruksi dokter.

S:

· Menurut klien perdarahan yang keluar sekarang hanya bercak-bercak, di pembalut tidak penuh, dan ganti pembalut baru 1x setelah mandi pagi tadi.

· Klien persiapan pulang.

· Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan.

O:

· Ku klien cukup, kesadaran CM.

· S = 360C, N = 84 x/mnt, TD = 110/70 mmHg.

· Konjungtiva klien sudah tidak pucat.

· DJJ +

· Kapiler revil baik (<>

A:

Masalah teratasi sebagian yang ditandai perdarahan yang keluar saat ini hanya bercak-bercak, dan baru ganti pembalut 1x setelah mandi pagi. Dan pasien persiapan untuk pulang.

P:

Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

2 Juni 2009

Jam 21.00

3 Juni 2009

Jam 14.00

2.

2.

S:

· Klien mengatakan mau mengikuti saran yang diberikan yaitu tidak malakukan hubungan sex selama kehamilannya ini dan banyak beristirahat.

· Klien merasa senang karena telah diberi penjelasan mengenai masalah kehamilannya.

O:

· Klien mau mendengarkan dan menyimak informasi yang diberikan.

· Sekarang klien mengetahui mengenai kelainan dalam kehamilannya saat ini dan kondisi kehamilannya.

· Klien lebih banyak tiduran saat diberikan informasi.

A:

Masalah teratasi yang ditandai dengan klien merasa senang mengenai penjelasan yang telah diberikan, klien mengerti cara penataksanaan kehamilan dengan placenta previa.

P:

Pertahankan intervensi.

S:

·Klien mengatakan cara-cara mencegah terjadinya perdarahan berulang pada plasenta previiak boleh melakukan hubungan sex selama kehamilannya ini.

·Klien mengatakan mau mengikuti saran yang telah diberikan.

O:

Klien menyimak discharge planning yang diberikan.

A:

Masalah teratasi.

P:

·Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

2 Juni 2009

Jam 21.00

3 Juni 2009

Jam 14.00

3.

3.

S:

· Klien mengatakan khawatir dengan kondisi kehamilannya saat ini.

· Klien mengatakan mau diajari cara mengontrol cemas dengan distraksi dan napas dalam.

· Klien mengatakan sudah mulai berkurang rasa cemasnya.

O:

· Teknik relaksasi distraksi dan napas dalam telah diajarkan.

A:

Masalah teratasi sebagian yang ditandai klien sudah berkurang rasa cemasnya.

P:

Lanjutkan intervensi:

· Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relksasi distraksi dan napas dalam bila rasa cemasnya muncul.

S:

· Klien merasa sudah tidak cemas.

· Klien mengatakan mau mengikuti saran yang diberikan.

· Klien mengatakan menggunakan napas dalam untuk mengatasi kecemasan.

O:

· Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan

A:

Masalah teratasi
P:

Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

- Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik relaksasi yang telah diajarkan untuk mengurangi perasaan cemas.

LEMBAR PENDELEGASIAN

Nama Klien : Ny U

Ruang : Flamboyan

Tgl/Jam

No Dx

Tujuan

Intervensi

Implementasi

Evaluasi (SOAP)

2 Juni 2009

Jam 21.00

3 Juni 2009 Jam 14.00

1.

1.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat menunjukkan perfusi yang adekuat, dengan kriteria hasil:

· Tanda-tanda vital stabil

· Membrane mukosa berwarna merah muda

· Pengisian kapiler normal (<>

· Haluaran urin adekuat.

· Pernapasan adekuat

· Kaji penyebab terjadinya perdarahan

· Kaji secara akurat kemunginan harapan hidup janin

· Inspeksi keadaan perineum, hitung jumlah dan karkateristik perdarahan.

· Monitor TTV

· Catat masukan dan pengeluaran makanan dan minuman.

· Elevasikan ekstremitas bawah untuk meningkatkan perfusi ke organ vital dan fetus.

·Mengkaji penyebab perdarahan

·Memonitor TTV (nadi, suhu, TD, RR).

·Memonitor KU klien.

·Mengobservasi membran mukosa (konjungtiva) klien.

·Memonitor dan mengobservasi perdarahan.

·Mengobservasi jumlah dan bentuk perdarahan.

·Mengganti plabot infus dengan tranfusi set.

·Mengobservasi pengeluaran urin.

·Mengecek kapiler revil pada jari tangan.

·Mengobservasi DJJ janin.

·Memposisikan klien yang nyaman.

·Memonitor masukan cairan dan makanan.

·Mengganti transfusi set dengan RL.

·Mengobservasi KU klien.

·Mengecek TTV (suhu, nadi,TD).

·Mengobservasi dan memeriksa warna konjungtiva klien.

·Memonitor perdarahan, jumlah, bentuk perdarahan.

·Mengobservasi kondisi janin.

·Mengobservasi kapiler revil.

·Melepas/ aff infus.

·Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

S:

· Klien mengeluh agak lemes dan mengantuk.

· Klien mengatakan perdarahan masih keluar, dari tadi pagi sampai sekarang sudah ganti pembalut 2x.

· Klien mengatakan perdarahan masih ada, jumlahnya mulai berkurang dari jam 14.00 siang sampai sekarang belum ganti pembalut lagi.

O:

· S = 36,90C, N = 96 x/mnt, TD = 100/70 mmHg.

· Cairan infus + RL 500 cc sudah masuk setengahnya, tranfusi set (PRC) 500 cc, makanan dari RS habis, minum sudah ± 5 gelas belimbing.

· KU cukup.

· Konjungtiva klien masih agak pucat.

· Dalam sehari klien sudah BAK 4x, jumlah ± setengah gelas belimbing.

· Kapiler revil baik (<>

· DJJ +

· Posisi klien tidur/istirahat dengan posisi fowler/semi fowler.

A:

Masalah teratasi sebagian yang ditandai dengan KU klien cukup, kapiler refil baik (<>

P:

Lanjutkan intervensi:

· Observasi perdarahan

· Pantau tanda vital

· Cek Hb

· Berikan injeksi Dexametason 2x5 mg sesuai instruksi dokter.

S:

· Menurut klien perdarahan yang keluar sekarang hanya bercak-bercak, di pembalut tidak penuh, dan ganti pembalut baru 1x setelah mandi pagi tadi.

· Klien persiapan pulang.

· Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan.

O:

· Ku klien cukup, kesadaran CM.

· S = 360C, N = 84 x/mnt, TD = 110/70 mmHg.

· Konjungtiva klien sudah tidak pucat.

· DJJ +

· Kapiler revil baik (<>

A:

Masalah teratasi sebagian yang ditandai perdarahan yang keluar saat ini hanya bercak-bercak, dan baru ganti pembalut 1x setelah mandi pagi. Dan pasien persiapan untuk pulang.

P:

Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

2 Juni 2009 Jam 21.00

3 Juni 2009 Jam 14.00

2.

2.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, klien dan keluarga mampu memperoleh pengetahuan mengenai kelainan dalam kehamilan yang ditandai dengan:

· Mengenal kelinan kehamilan yang sedang dialami klien.

· Mengetahui faktor penyebab atau faktor pencetus

· Mengetahui tanda dan gejala

· Mengetahui komplikasi dari plesenta previa

· Mengetahui cara mencegah komplikasi

· Menjelaskan penatalaksanaan plasenta previa.

Pembelajaran : kelainan dala kehamilan

· Kaji tingkat pengetahuan klien tentang plasenta previa.

· Jelaskan tanda dan gejala plasenta previa.

· Berikan informasi tentang kondisi klien.

· Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik.

· Diskusikan tentang pilihan terapi.

· Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas.

· Jelaskan cara mencegah komplikasi.

· Jelaskan cara penatalaksaan plsaenta previa.

·Memberikan informasi mengenai plasenta previa kepada klien.

·Menjelaskan penyebab, tanda dan gejala, hasil pemeriksaan USG, cara mencegah komplikasi dari plecenta previa.

·Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

·Menganjurkan klien untuk lebih banyak istirahat/tidak banyak melakukan aktivitas.

·Mengevaluasi dan mengobservasi pengetahuan klien mengenai cara mencegah perdarahan yang berulang pada plasenta previa.

·Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

S:

· Klien mengatakan mau mengikuti saran yang diberikan yaitu tidak malakukan hubungan sex selama kehamilannya ini dan banyak beristirahat.

· Klien merasa senang karena telah diberi penjelasan mengenai masalah kehamilannya.

O:

· Klien mau mendengarkan dan menyimak informasi yang diberikan.

· Sekarang klien mengetahui mengenai kelainan dalam kehamilannya saat ini dan kondisi kehamilannya.

· Klien lebih banyak tiduran saat diberikan informasi.

A:

Masalah teratasi yang ditandai dengan klien merasa senang mengenai penjelasan yang telah diberikan, klien mengerti cara penataksanaan kehamilan dengan placenta previa.

P:

Pertahankan intervensi.

S:

·Klien mengatakan cara-cara mencegah terjadinya perdarahan berulang pada plasenta previiak boleh melakukan hubungan sex selama kehamilannya ini.

·Klien mengatakan mau mengikuti saran yang telah diberikan.

O:

Klien menyimak discharge planning yang diberikan.

A:

Masalah teratasi.

P:

·Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

2 Juni 2009 Jam 21.00

3 Juni 2009 Jam 14.00

3.

3.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan klien dapat:

· Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

· Mempertahankan tindakan yang mengontrol cemas.

· Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi cemas.

· Memonitor faktor risiko dari lingkungan.

· Membantu klien mengidentifikasi penyebab cemas yang dialaminya.

· Mengajari klien cara melakukan teknik relaksasi

· Klien dapat menyebutkan penyebab cemas yang sedang di alaminya.

· Memberikan penjelasan kepada klien mengenai kondisi penyakit yang sedang dialaminya.

·Mengobservasi perasaan klien mengenai kecemasan yang dialaminya.

·Mengobservasi teknik relaksasi yang digunakan klien untuk mengatasi kecemasan.

·Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

- Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik relaksasi yang telah diajarkan untuk mengurangi perasaan cemas.

·Mengidentifikasi penyebab cemas yang dialami klien.

·Mengajari klien teknik relaksasi dengan cara distraksi dan napas dalam.

·Mengobservasi perasaan klien.

S:

· Klien mengatakan khawatir dengan kondisi kehamilannya saat ini.

· Klien mengatakan mau diajari cara mengontrol cemas dengan distraksi dan napas dalam.

· Klien mengatakan sudah mulai berkurang rasa cemasnya.

O:

· Teknik relaksasi distraksi dan napas dalam telah diajarkan.

A:

Masalah teratasi sebagian yang ditandai klien sudah berkurang rasa cemasnya.

P:

Lanjutkan intervensi:

· Menganjurkan klien untuk melakukan teknik relksasi distraksi dan napas dalam bila rasa cemasnya muncul.

S:

· Klien merasa sudah tidak cemas.

· Klien mengatakan mau mengikuti saran yang diberikan.

· Klien mengatakan menggunakan napas dalam untuk mengatasi kecemasan.

O:

· Klien mau menyimak discharge planning yang diberikan

A:

Masalah teratasi
P:

Memberikan discharge planning sebelum klien pulang meliputi:

- Menganjurkan klien untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

- Menganjurkan klien untuk mengurangi aktifitas/lebih banyak istirahat.

- Menganjurkan klien untuk kontrol rutin.

- Menganjurkan klien untuk tidak melakukan hubungan sex selama kehamilan ini.

- Menganjurkan klien untuk tetap menggunakan teknik relaksasi yang telah diajarkan untuk mengurangi perasaan cemas.